BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan zaman, masalah-masalah yang terjadi saat ini sangatlah kompleks. Sebuah Negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai macam masalah yang pastinya berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah perekonomian sudah tidak lazim di Indonesia salah satu contohnya adalah masalah ekonomi yaitu inflasi dan pengangguran. Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi yang dihadapi setiap masyarakat. Kedua masalah tersebut mewujudkan beberapa efek buruk yang bersifat ekonomi, politik dan sosial dan itu sangat membutuhkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut agar tidak menghambat langkah Negara Indonesia untuk menjadi Negara yang lebih maju.
Dalam ilmu ekonomi, inflasi (inflation) adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (kontinu) selama waktu tertentu. Dengan kata lain juga inflasi adalah suatu proses di mana menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi merupakan proses dari suatu perisitiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat suatu harga. Artinya, apabila tingkat harga tinggi itu belum pasti menunjukkan inflasi. Jika terjadi proses kenaikan harga yang berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi berarti terjadi inflasi.
Pengangguran (unemployment) didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan atau dengan kata lain yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Seperti yang kita ketahui, tingginya angka pengangguran, masalah ledakan penduduk, distribusi pendapatan yang tidak merata, dan berbagai masalah lainnya di Negara kita menjadi salah factor utama rendahnya taraf hidup penduduk di Negara kita.
Menurut Boediono (2001:35) pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan indicator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat keharusan bagi penurunan pengangguran.
1.2 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui:
- Bagaimana hubungan antara inflasi dan pengangguran di perekonomian Indonesia?
- Bagaimana keadaaan/ kondisi inflasi dan pengangguran di Indonesia?
- Bagaimana hubungan antara inflasi, pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi?
- Apakah inflasi berpengaruh terhadap pengangguran yang semakin meninggi di Indonesia?
BAB 2
Tinjauan Literatur
2.1 Teori InflasiMenurut Mankiw (2003) hubungan inflasi dengan jumlah uang yang beredar tidak dapat dilihat dalam jangka pendek. Teori inflasi ini bekerja paling baik dalam jangka panjang.
Menurut McConnell (2004:214) inflation is a rising general level of prices and is measured as a percentage change in aprice index such as the CPI. Sedangkan Schiller (2000:130) berpendapat bahwa inflation is an increase in the avarege level prices of goods and services.
Menurut Judisseno (2005:16) inflasi adalah suatu peristiwa moneter yang menunjukkan suatu keccenderungan akan naiknya harga barang-barang secara umum yang berarti terjadinya penurunan nilai mata uang.
Menurut Sadono Sukirno (2004:27) inflasi adalah kenaikan harga –harga umum yang berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya. Sedangkan tingkat inflasi adalah persentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tah un sebelumnya.
secara garis besar dalam ilmu ekonomi ada beberapa teori yang menjelaskan tentang inflasi, masing-masing teori ini menyatakan aspek-aspek tertentu dari proses inflasi (Boediono, 2001). Teori tersebut adalah :
- Teori Kuantitas
P.T=M.V
Dimana :P =Tingkat Harga
M = Jumlah Uang Yang Beredar (Penawaran Uang)
V = kecepatan Perputaran Uang
T = Volume Transaksi
Seluruh transaksi penjualan sama dengan nilai seluruh pembelian. Nilai transaksi di kalikan dengan harga, sedangkan nilai transaksi pembelian sama dengan jumlah uang yang beredar dikalikan dengan kecepatan rata-rata perputaran uang.
Inti dari teori ini menurut sebagai berikut :
- Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan jumlah uang yang beredar (uang kartal atau penambahan uang giral).
- Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan harapan masyrakat mengenai kenaikan harga di masa akan datang.
- Perubahan jumlah yang beredar tidak secara langsung akan menaikkan penggunaan uang.
- Kecepatan laju peredaran uang tidak bersifat stabil dalam masyarakat modern.
Menurut Keynes, campur tangan pemerintah sangat diperlukan dalam mengatasi masalah perekonomian. Pada tingkat makro, pemerintah harus aktif dalam mengendalikan perekonomian ke arah posisi full employment. Full employment merupakan sesuatu yang hanya bisa dicapai dengan tindakan yang terencana, dan bukan sesuatu yang akan datang secara otomatis.
Dalam teori Keynes menjelaskan bahwa inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomi mereka. Artinya permintaan total masyarakat terhadap barang-barang melebihi kemampuan berproduksi masyarakat akibatnya akan terjadi inflationary gap.
Menurut Keynes, kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap tingkat permintaan total. Karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun tingkat kualitas uang tetap atau konstan. Jika uang yang beredar bertambah maka harga akan naik. Dengan naiknya harga, permintaan uang untuk transaksi juga akan ikut bertambah sehingga suku bunga juga ikut naik. Hal ini akan mencegah pertambahan permintaan unuk investasi dan akan melunakkan tekanan inflasi.
Analisa Keynes tentang inflasi permintaan yang dirumuskan berdasarkan konsep inflationary gap: inflasi permintaan adalah yang ditimbulkan oleh pengeluaran pemerintah, prograaam investasi yang besar-besaran dalam capital sosial. Jika dirumuskan menjadi:
Inflasi = (jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku bunga, investasi).
3. Teori Strukturalis
Menurut Adwin, study mengenai inflasi di Negara-negara berkembang menunujukkan bahwa inflasi bukan merupakan fenomena moneter, tetapi merupakan fenomena structural atau cost push inflation. Fenomena yang dimaksud adalah fenomena structural yang disebabkan oleh kesenjangan atau kendala structural dalam perekonomian di Negara berkembang, sering disebut juga structural bottlenecks. Structural bottleneck terjadi dalam tiga hal, yaitu:
- Supply dari sector pertanian (pangan) tidak elastic. Ini dikarenakan pengelolaan dan pengerjaan di sector pertanian yang masih menggunakan metode dan teknologi yang sederhana, sehingga sector pertanian domestic tidak mampu pertumbuhan permintaannya.
- Cadangan valuta asing yang terbatas akibat dari pendapatan ekspor yang lebih kecil daripada pembiayaan impor. Akibat dari keterbatasan ini menyebabkan kemampuan untuk mengimpor barang bahan baku maupun barang modal yang sangat diperlukan untuk pembangunan sektor industry menjadi terbatas.
- Pengeluaran pemerintah terbatas. Hal ini disebabkan oleh sector penerimaan rutin yang terbatas, sehingga tidak cukup untuk membiayai pembangunan, dan sebagai akibatnya timbul defisit anggaran belanja. Akibat dari keterbatasan ini pemerintah memerlukan pinjaman dari luar negeri.
Menurut kesimpulan dari penelitian M.N. Dala dan G. Shachter (1988), bila kontribusi impor terhadap pembentukan output domestic besar, maka kenaikan harga barang akan menyebabkan tekanan inflasi di dalam negeri yang cukup besar. Selain itu, semakin rendah derajat kompetisi yang dimiliki oleh barang impor terhadap produk dalam negeri, akan semakin besar pula dampak perubahan harga barangimpor tersebut dalam inflasi domestik.
Sedangkan menurut Nugroho, dalam teori ini ada dua factor utama yang dapat menimbulkan inflasi, yaitu:
Pertama, ketidakelatisan penerima ekspor. Hal ini disebabkan dua factor utama yaitu: jenis barang ekspor yang kurang responsive terhadap kenaikan harga dan nilai tukar barang ekspor yang semakin memburuk
Kedua, ketidakelastisan produksi bahan makanan dalam negeri. Dalam hal ini laju pertumbuhan bahan makanan didalam negeri tidak secepat pertumbuhan penduduk dan laju pendapatan perkapita. Akibatnya terjadi kenaikan harga barang lainnya. Kenaikan harga ini mengakibatkan tuntutan kenaikan ongkos produksi.
4. Mark-up Modle
Menurut Adwin, dasar pemikiran model teori ini ditentukan oleh dua kompenen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara perubahan kedua kompenen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut :
Price = Cost + Profit Margin
Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai
suatu persentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus
tersebut dijabarkan menjadi :
Price = cost + (α% x Cost )
Apabila terjadi kenaikan harga pada kompenen-kompenen yang menyusun
cost of production atau penaikan pada profit margin akan menyebabkan
terjadinya kenaikan harga pada harga jual komiditi di pasar.2.2 Teori Pengangguran
Berdasarkan tingkat pengangguran dapat kita lihat kondisi suatu Negara, apakah perekonomiannya berkembang atau lambat dan atau maengalami kemunduran. Dengan tingkat pengangguran bisa dilihat kesenjangan distribusi pendapatan yang diterima suatu masyarakat tersebut. Pengangguran dapat terjadi akibat dari tingginya angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan adanyan lapangan pekerjaan yang luas serta penyerapan tenaga kerja yang presentasenya cenderung kecil. Hal ini terjadi karena rendahnya tingkat pertumbuhan penciptaan lapangan kerja untuk menampung tenaga kerja yang siap bekerja.
Menurut Muana Nanga (2001) dilihat dari sebab-sebab timbulnya, pengangguran dapat dibedakan menjadi: pengangguran friksional atau transisi (frictional or transitional unemployment adalah jenis pengangguran yang timbul sebagai akibat dari adanya perubahan dalam syarat-syarat kerja, yang terjadi seiring dengan perkembangan atau dinamika ekonomi yang terjadi. Pengangguran ini dapat pula terjadi karena berpindahnya orang dari satu daerah ke daerah lainnya, atau dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya.
Pengangguran struktural (structural unemployment) adalah jenis pengangguran yang terjadi sebagai akibat adanya perubahan di dalam struktur pasar tenaga kerja yang menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Ketidakseimbangan didalam pasar tenaga kerja yang terjadi antara lain karena adanya peningkatan permintaan atas satu jenis pekerjaan, sementara jenis pekerjaan lainnya mengalami penurunan permintaan, dan permintaan itu sendiri tidak melakukan penyesuaian dengan cepat atas situasi tersebut
Pengangguran alamiah (natural unemployment) atau lebih dikenal dengan istilah tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment) adalah tingkat pengangguran yang terjadi pada kesempatan kerja penuh (Sachs and Larrain,1993) atau tingkat pengangguran dimana inflasi yang diharapkan (expected inflation) sama dengan tingkat inflasi aktual ( actual inflation).
Pengangguran konjungtur atau siklis (cyclical unemployment) terjadi akibat merosotnya kegiatan ekonomi atau karena terlampau kecilnya permintaan efektif aggregat (effective aggregate demand) didalam perekonomian dibandingkan dengan penawaran aggregat (AS). Oleh karena itulah para ahli ekonomi sering menyebut jenis pengangguran ini sebagai “demand-deficient unemployment”. Sebaliknya jenis pengangguran ini akan berkurang kalau tingkat kegiatan ekonomi meningkat.
Mankiw (2000) menyatakan bahwa pengangguran akan selalu muncul dalam suatu perekonomian karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah adanya proses pencarian kerja, yaitu dibutuhkannya waktu untuk mencocokkan para pekerja dan pekerjaan. Alasan kedua adalah adanya kekakuan upah. Kekakuan upah ini dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu adanya kebijakan upah minimum, daya tawar kolektif dari serikat pekerja, dan upah efisiensi.
2.3 Teori Pertumbuhan Perekonomian
Menurut Arsyad: 1992, teori pertumbuhan ekonomi menjelaskan mengenai factor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi dan prosesnya dalam jangka panjang, mengenai bagaimana factor-faktor itu berinteraksi satu dengan yang lainnya, sehingga menimbulkan terjadinya proses pertumbuhan.
Secara umum, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk pada perubahan yang bersifat kuantitatif dan biayanya diukur dengan menggunakan data produk domestic bruto(PDB) atau pendapatan output per kapita. Produk domestic bruto (PDB) adalah total nilai pasar dari barang-barang akhir dan jasa-jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (biasanya satu tahun). Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan persentasi kenaikan pendapatan nasionala rill pada tahum sebelumnya (Nanga, 2001).
2.4 Teori A.W. Phillips
Menurut Amir (2007), menjelaskan bahwa teori Phillips muncul karena pada saat tahun 1929, terjadi depresi ekonomi Amerika Serikat , hal ini berdampak pada kenaikan inflasi yang tinggi dan diikuti denfan pengangguran yang tinggi pula. Dari hasil pengamatan yang dilakukan , ternyata ada hubungan yang erat antara inflasi dengan timgkat pemgamgguran. Jika inflasi tinggi, pengangguran pun akan rendah.
2.4 Hubungan Antara pengangguran dan Inflasi
Hubungan antara inflasi dan pengangguran banyak diperoleh dari hasil penelitian empiris di beberapa Negara. Amir (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh inflasi terhadap pengangguran di Indonesia menggunakan data tahun 1980 hingga 2005. Dengan menggunakan metode OLS hasil penelitian beliau tidak berhasil memperoleh bukti adanya pengaruh inflasi terhadap pengangguran.
Kitov (2007) meneliti hubungan antara inflasi daan pengangguran di Jepang dengan menggunakan data pengangguran dan indeks harga konsumen Jepang tahun 1982 hingga 2006. Dengan menggunakan model regresi diperoleh kofisien regresi yang bernilai negative sebesar -0,94 dengan konstanta 0,0041. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan antara inflasi dan pengangguran pada perekonomian Jepang. Berdasarkan uraian diatas Endang Setyowati menyimpulkan bahwa: ada hubungan kausal antara inflasi dengan pengangguran di Indonesia.
Gambar 1
Bagan Hubungan Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Pengangguran
Tanda panah pada bagan menunjukkan pengaruh suatu variable terhadap
variabel lain. Pengangguran berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi dan
inflasi. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap inflasi namun tidak
berpengaruh pada pengangguran. Inflasi tidak berpengaruh pada
pertumbuhan ekonomi maupun pengangguran.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1Jenis-Jenis Inflasi
Seperti yang kita ketahui, inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Dari defenisi ini, ada tiga komponen yang menggambarkan bahwa telah terjadi inflasi, yaitu :
- Kenaikan Harga
- Bersifat Umum
- Berlangsung Secara Terus-Menerus
1) Kenaikan Harga
Maksud dari kenaikan harga adalah bahwa harga suatu barang saat ini lebih mahal dari harga sebelumnya. Contohnya harga BBM minggu lalu sebesar Rp 35,00/ltr, sedangkan minggu ini harga BBM naik menjadi Rp 45,00/ltr.
2) Bersifat Umum
Dikatakan bersifat umum karena kenaikan harga suatu barang tertentu diiikuti oleh kenaikan harga-harga lainnya. Misalnya jika harga BBM naik, maka kenaikan harga tersebut akan diikuti oleh naiknya harga barang lainnya.jadi harga suatu barang itu sangat mempengaruhi.
3) Berlangsung Secara Terus-Menerus
Naiknya harga suatu barang tidak bisa dikatakan inflasi jika harga barang tersebut hanya terjadi sesaat. Penghitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan. Jika terjadi dalam waktu satu bulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus.
Berdasarkan jenisnya inflasi dibagi menjadi empat, yaitu:
- Inflasi Ringan, terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun.
- Inflasi Sedang, antara 10% sampai 30% / tahun.
- Inflasi Berat, antara 30% sampai 100% /tahun.
- Hiperinflasi atau inflai sangat Berat, terjadi apabila lebih dari 100% /tahun.
Inflasi ringan: inflasi ini masih dapat dikendalikan karena harga-harga masih naik secara umum, dan belum mengakibatkan krisis dibidang ekonomi.
Inflasi sedang: belum membahayakan kegiatan ekonomi, tetapi inflasi ini dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat yang mempunyai penghasilan yang tetap.
Inflasi berat: pada kondisi ini orang cenderung menyimpan barang. Ini menyebabkan seseorang tidak mau untuk menabung karena bunga bank lebih rendah dari laju tingkat inflasi.
Hiperinflasi: inflasi ini menyebabkan kondisi perekonomian susah dikendalikan walaupun telah dilakukan tindakan moneter dan tindakan fiscal.
3.1 Hubungan antara Tingkat Inflasi dan Tingkat Pengangguran
Indonesia merupakan salah satu Negara yang berkembang, salah satu masalah yang dihadapi Indonesia sampai saat ini yang belum ada solusinya yaitu pengangguran. Pengangguran merupakn salah satu masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi dan dipengaruhi oleh banyak factor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu muda dipahami.
Inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga barang dalam periode waktu tertentu (Sadono Sukirno, 2005). Dengan semakin tingginya tingkat inflasi yang terjadi maka akan berakibat pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang menurun sehingga akan terjadi peningkatan terhadap angka pengangguran.
Berikut ini salah satu hasil tingkat inflasi dan tingkat pengangguran di kota Magelang Tahun 2000-2010
Tabel 1
Tingkat Inflasi dan Tingkat Pengangguran
Kota Magelang Tahun 2000-2010
Sumber :BPS Kota Magelang 2000-2010Table tersebut menunjukkan bahwa jika tingkat inflasi meningkat, maka tingkat pengangguran akan mengalami peningkatan juga. Tingkat inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengangguran.
3.3 Data Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, dan Pengangguran selama periode 1980 hingga 2010.
Berikut ini data rata-rata pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi per tahun selama periode 1980 hingga 2010:
Table 1
Deskripsi perkembangan pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan
pengangguran selama periode penelitian di bagi ke dalam periode sebelum
krisis moneter 1988, yaitu 1980-1997, pada saat krisis moneter tahun
1998, dan setelah krisis moneter tahun 1998, yaitu 1999-2010 seperti
pada diatas. Data diatas menunjukkan baahwa pertumbuhan ekonomi
rata-rata per tahun pada periode sebelum krisis moneter Indonesia lebih
tinggi lagi dibandingkan dengan periode setelah krisis moneter.Perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,31% per tahun, sedangkan pertumbuhan ekonomi rata-rata pada periode setelah krisis moneter mengalami perlambatan , yaitu sebesar 4,74% per tahun. Perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi negative sebesar 13,11% pada masa krisis moneter tahun 1998.
Laju inflasi di Indonesia cukup tinggi selama periode tahun 1980-2010, yaitu sebesar 10,45% rata-rata per tahun. Laju inflasi tertinggi terjadi pada masa periode 1998, yaitu sebesar 58%. Laju inflasi pada periode sebelum krisis moneter tahun 1998 relatif lebih rendah dibandingkan dengan periode setelah krisis. Laju inflasi pada masa sebelum krisis moneter pada tingkat 8,58%, sedangkan pada periode setelah krisis laju inflasi naik menjadi 9,31% rata-rata pertahun.
Tingkat pengangguran seebelum krisis moneter (1980-1997) relative rendah, yaitu 3,11%. Setelah krisis moneter periode 1999-2010 tingkat pengangguran meninggi sebesar 8,71% rata-rata per tahun. Tingkat pengangguran di Indonesia pada saat krisis moneter adalah sebesar 5,5%.
Gambar 1
Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi, 1980-2010
Perkembangan pertumbuhan ekonomi dan tingkat penagngguran selama periode 1980-2010
Terlihat pada gambar 1 pertumbuhan ekonomi relative stabil selama
periode 1980-2010, sedangkan laju inflasi sedikit berfluktuatif. Namun
pada masa krisis moneter tahun 1998 bisa terlihat pergerakan antara
pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi berlawan arah. Pada masa tahun
1998, pertumbuhan ekonomi turun menjadi -13,1% sementara harga-harga
melonjak sebesar 58% sebagai laju inflasi tertinggi.
Gambar 2
Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran, 1980-2010
Selama periode penelitian, pertumbuhan ekonomi relative stabil, namun
kemudian mengalami pertumbuhan negative pada tahun 1998. Pergerakan
tingkat pengangguran cenderung naik dari tahun 19980, namun semenjak
tahun 2006 hingga sekarang tingkat pengangguran mengalami perlambatan,
sedangkan laju inflasi sedikit brfluaktif.
Gambar 3
Inflasi dan Pengangguran, 1980-2010
Nampak laju inflasi cenderung mengalami penurunan sedangkan tingkat pengangguran cenderung mengalami peningkatan.3.5 Dampak Inflasi Terhadap Pengangguran
Pandangan tradisional tentang hubungan pengangguran negative antara inflasi dan pengangguran seperti yang digambarkan denagn kurva Philips berbeda dengan pandangan Friedman yang menyatakan bahwa inflasi memiliki pergerakan searah dengan pengangguran. Ketika harga barang dan jasa meningkat , pengangguran juga akan naik. Inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi akan mendorong perusahaan untuk mengurangi barang dan jasa yang diproduksi untuk mencapai tingkat produksi yang efisien. Dengan pengurangan tingkat produksi akan menyebabkan penggunaan factor produksi, termasuk tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan produksi akan berkurang. Hal ini akan meningkatkan pengangguran. Jadi kenaikan harga barang dan jasa akan meningkatkan pengangguran.
Suatu Negara pasti akan berusaha untuk menghentikan laju inflasi yang semakin meninggi, karena dengan meningginya inflas akan menciptakan pengangguran. Laju inflasi dengan tingkat pengangguran dapat dilihat dalam kurva Philips:
Gambar 4
Hubungan tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan- Dari defenisi iflasi , ada tiga komponen yang menggambarkan bahwa telah terjadi inflasi, yaitu :
- Kenaikan Harga
- Bersifat Umum
- Dan berlangsung secara terus-menerus
- Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang sullit untuk diatasi, tidak hanya di Indonesia bahkaan juga di Negara lain, terutama pengangguran bersiklus seperti yang terjadi di Indonesia saat ini.
- Dengan menggunakan metode OLS hasil peneltian yang di lakukan Amir tidak berhasil memperoleh bukti adanya pengaruh inflasi terhadap pengangguran.
- Perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi negative sebesar 13,11% pada masa krisis moneter tahun 1998.
- Laju inflasi harus di hentikan karena dengan semakin tingginya inflasi maka akan mudah menciptakan pengangguran dan tingkat pengangguran semakin meningkat.
- Dengan pengurangan tingkat produksi akan menyebabkan penggunaan factor produksi, termasuk tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan produksi akan berkurang. Hal ini akan meningkatkan pengangguran. Jadi kenaikan harga barang dan jasa akan meningkatkan pengangguran.
- Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi menunjukkan tanda positif berpengaruh secara signifikan terhadap pengangguran. Hal ini berarti jika inflasi meningkat maka pengangguran juga akan ikut meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Endri. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi DI Indonesia . jurnal Ekonomi Pembangunan.
Kranti, Perdana. 2012. Analisis Kaulsalitas Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Inflasi dan Pengangguran Tahun 2006-2010.
Wisda, Primawan. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Di Indonesia Periode 2000-2011. Semarang.
S. Admadja, Adwin. 1999. Inflasi Di Indonesia: Sumber-Sumber Penyebab dan Pengendaliannya. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 1, No. 1.
Utomo , Fajar Wahyu. 2013. Pengaruh Inflasi Dan Upah Terhadap Pengangguran Diindonesia Periode 1980-2010. Jurnal Ilmiah, vol.2, No.2
Sofyan efrizal , hasdi Aimon, Zulhanafi. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas dan Tingkat Pengangguran. Jurnal Kajian Ekonomi, vol.11, No. 3.
Nugroho ,heru. 2008. Analisi Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan JUmlah Uang Yang Beredar Terhadap Indeks LQ45 Periode 2002-2007. Tesis.
Dian Saraswati, Borgitta. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi Di Indonesia: Model Demand Full Inflatation. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, vol.6, No. 2.
Styowati, Endang. 2011. Model Dinamis Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, dan Pengangguran di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, vol.5, No.3.
Achma H, Sis Putro Akbar. 2013. Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Upah Minimum Kota, Tingkat Inflasi dan Beban/ Tanggungan Penduduk Terhadap Pengangguran Terbuka DiKota Magelang Periode 1990-2010. Jurnal Ekonomi, vol.2, no. 3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan tulis komentar anda yang bisa membangun bagi blog ini oke!!!