Sabtu, 29 November 2014

Detik-Detik Terakhir Rasulullah saw



Detik-Detik Terakhir Rasulullah saw.

Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya.  Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an.
Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan  kita semua," desah hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.

Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"
"Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang.
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.
Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
"Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi.
"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."
Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.
"Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku."
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telingan ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii, ummatii, ummatiii&" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu.
Kini, mampukah kita mencinta sepertinya?

(Abu Abdillah)
Dikutip dari : Muslim.com



SURGA (2)

(Ach. Muchlis)

Dalam riwayat lain dari Jabir bin Abdullah dari Nabi Saw bercerita tentang pengalamannya dari malam Mi'raj demikian:

Ketika saya dimi'rajkan (dinaikkan) ke langit saya melihat sebuah kota dari cahaya yang besarnya sama dengan seribu kali dunia tergantung terikat dengan rantai-rantai dari cahaya di bahwa Arsy. Kota itu mempunya seratus ribu pintu, tiap pintu ada taman yang ditebari dengan rahmat Allah, dalam setiap taman terdapat sebuah istana besar dari cahaya dan pada tiap-tiap perkampungan terdapat tujuh puluh kamar dari cahaya, pada tiap-tiap kamar masih terdapat sebuah rumah dari cahaya, di atas tiap-tiap rumah terdapat sebuah bilik dari cahaya, tiap-tiap bilik mempunyai empat ratus pintu dari emas dan daun pintu satunya dari perak, di hadapan masing-masing ada tempat tidur dari cahaya, di atas tempat tidur ada sebuah kasur, di atas tiap-tiap kasur ada seorang wanita dari bidadari yang cantik jelita.

(TANBIHUL-GHAAFILIIN)-(Dari Durratun Nasihin I, hal 137- Usman al-Khaibawi)


Rumah-rumah di surga disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Said ra dari Rasulullah Saw beliau bersabda:


Sesungguhnya penghuni surga akan dapat melihat penghuni kamar di atasnya sebagaimana mereka melihat bintang yang gemerlapan, satu-satunya bintang yang masih kelihatan di ufuk timur atau di ufuk barat karena adanya kelebihan diantara mereka. Para sahabat bertanya:'Wahai Rasulullah itukah tempat tinggal para nabi yang tidak dapat dicapai siapapun selain mereka?'Nabi menjawab: 'Bukan demi Dzat yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya itu adalah buat orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan para rasul.' (MUTTAFAQUN ALAIH)


Gambaran gedung istana di dalam surga pernah digambarkan dalam sebuah hadits dari Aisyah ra, dia berkata: Rasulullah Saw bersabda:


Hai Aisyah, sesungguhnya di dalam surga itu terdapat beberapa gedung istana yang terbuat dari mutiara, batu permata merah dan dari batu zabarjud.


Sedangkan kamar-kamarnya digambarkan oleh Rasulullah Saw sebagai berikut:


Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat beberapa kamar yang beraneka ragam, semuanya bisa dilihat luarnya dari dalam dan dalamnya bisa dilihat dari luar.


Dalam sebuah hadits diterangkan:

Sungguh di belakang as-sirats (jembatan) terdapat padang belantara, di situ terdapat pohon-pohon yang indah. Di bawah tiap-tiap pohon terdapat dua mata air yang memancar dari surga, salah satunya dari arah kanan dan yang satunya dari arah kiri. Sedangkan orang yang beriman ketika melewati jembatan itu, mereka minum dari salah satu mata air itu sehingga hilanglah perasaan iri hati, khianat, kotoran, darah dan air seni. Maka bersihlah mereka lahir bathin. Kemudian mereka menjadi wangi laksana minyak misk. Sesampainya di pintu surga maka keluarlah para bidadari, mereka masing-masing memeluk suaminya.


Setelah mereka semuanya memasuki surga, mereka disambut dengan ucapan Selamat datang. Pada saat itu bidadari-bidadari menyambut para ahli surga dengan tari-tarian dan nyanyian surga yang berisikan pujian dan sanjungan terhadap kebesaran Allah Azza Wa Jalla. (bersambung)

  a.. Dunia adalah benda, dan sebaik-baiknya benda ialah istri yang shalihah.

  b.. Orang yang meminta-minta kepada Allah tidak akan kecewa.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tulis komentar anda yang bisa membangun bagi blog ini oke!!!