Senin, 01 Desember 2014

Pengertian Tadris dalam Alquran

Pengertian Tadris dalam Alquran

A.  Muqoddimah
Al-quran merupakan kalamullah, yang berisi tentang ketentuan dan pedoman bagi seluruh manusia agar dapat melaksanakan syariat islam dengan benar dan harus diimplementasikan secara kaffah dalam aspek kehidupan, baik yang menyangkut masalah sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, pertahanan, dan keamanan, maupun pendidikan.
Kedudukan al-qur’an sebagai sumber pokok pendidikan islam dapat dipahami dari ayat: Dan kami tidak menurunkan kepadamu al-kitab (al-qur’an) ini, melainkan agarkamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajar orang-orang yang mempunyai pikiran.
Menurut Abu Hasan ‘Ali An-Nadwi bahwa pendidikan dan pengajaran umat islam itu harus berpedoman kepada aqidah islamiyyah yang berdasarkan al-qur’an dan al-hadits.Pada makalah ini penulis akan coba menjelaskan pengertian tadris berdasarkan ayat Al-Qur’an.

B.  Ayat-Ayat dan Terjemahan Mengenai Pengertian Tadris

1.      Surat Al-An’am ayat 105
وَكَذَلِكَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ وَلِيَقُولُوا دَرَسْتَ وَلِنُبَيِّنَهُ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Artinya: Demikianlah kami mengulang-ulangi ayat-ayat Kami supaya (orang-orang yang beriman mendapat petunjuk) dan yang mengakibatkan orang-orang musyrik mengatakan: "Kamu telah mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab)", dan supaya Kami menjelaskan Al Qur'an itu kepada orang-orang yang mengetahui.
2.      Surat Al-a’raf ayat 169
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا الْكِتَابَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَذَا الأدْنَى وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لا يَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلا الْحَقَّ وَدَرَسُوا مَا فِيهِ وَالدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
Artinya: Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: "Kami akan diberi ampun". Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya?. Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti

3.      Surat Al- Qalam ayat 37
أَمْ لَكُمْ كِتَابٌ فِيهِ تَدْرُسُونَ
Artinya: Atau adakah kamu mempunyai sebuah kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu membacanya?
4.      Surat Saba ayat 44
وَمَا آتَيْنَاهُمْ مِنْ كُتُبٍ يَدْرُسُونَهَا وَمَا أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ قَبْلَكَ مِنْ نَذِيرٍ
Artinya: Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab-kitab yang mereka baca dan sekali-kali tidak pernah (pula) mengutus kepada mereka sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun

C.  Penafsiran ayat
1.      Tafsir Surat Al-An’am ayat 105
a.       Tafsir Fizhilalil Qur’an
Allah menunjukkan tanda-tanda kekuasaannya dalam tingkatan yang tidak pernah dicapai oleh orang Arab. Karena hal itu, bukan datang dari lingkungan mereka juga bukan datang dari lingkungan manusia secara umum. Sehingga, tanda-tanda ini sampai kepada dua hasil yang saling berhadapan dalam lingkungan itu.
Mereka yang tidak menginginkan petunjuk, tida ingin mendapatkan ilmu pengetahuan, dan tidak berusaha untuk mencapai hakikat. Mereka itu akan berusaha untuk mendapatkan alasan bagi tingkatan ini yang dijadikan bahan pembicaraan oleh Nabi saw. Nabi saw adalah bagian dari lingkungan mereka. Sehingga, mereka membuat sesuatu yang mereka ketahui tidak terjadi. Karena tidak ada sesuatu pun dari kehidupan Muhammad yang luput dari pengawasan mereka, sebelum beliau mendapatkan risalah ataupun setelahnya.
Namun mereka berkata,“ Hai Muhammad, engkau mempelajari hal ini dari ahli kitab!” padahal, tidak ada seorangpun dari ahli kitab yang mengetahui sesuatu dalam tingkatan ini. Kitab-kitab ahli kitab yang ada pada saat itu berada ditangan mereka, pada saat ini bisa kita lihat sendiri. Jaraknya amat jauh, antara apa yang ada ditangan mereka itu dengan aL-Qur’anul Karim ini.
Apa yang ada pada mereka tidak lebih dari riwayat-riwayat yang tidak kuat tentang sejarah nabi-nabi dan raja-raja, yang dipenuhi dengan legenda dan mitos buatan orang-orang yang tidak jelas profilnya. Ini yang berkaitan dengan perjanjian lama dan perjanjian baru, injil-injil, juga tidak lebih dari itu. Yaitu berisi riwayat-riwayat yang diriwayatkan oleh para murid Almasih setelah lewat beberapa puluh tahun. Kemudian oleh konsili-konsili gereja diubah, diganti dan direvisi isinya sepanjang waktu yang lama. Sehingga, nasihat-nasihat akhlaw dan pengarahan ruhani tidak selamat dari penyimpangan, penambahan, dan kelupaaan.
Itulah yang saat ini berada ditangan ahli kitab, disaat ini juga seperti itu. Maka, bagaimana hal ini bisa dibandingkan dengan Al-Qur’anul Karim? Namum, orang-orang musyrik orang-orang jahiliah berkata seperti ini. Anehnya, orang-orang jahiliah pada masa kini, yaitu kalangan orang-orang orientalis dan beberapa kalangan yang ber-KTP Islam, namun sok-sokan ilmiah, mengatakan perkataan yang sama seperti ini. Kemudian hal itu mereka namakan sebagai “ilmu pengetahuan”, “hasil riset” dan “penelitian yang cermat” yang hanya dapat dilakukan oleh kalangan orientalis.
Sementara itu, orang-orang berpengatahuan yang sebenarnya, jika melihat tanda-tanda kekuasaan Allah itu dalam bentuk seperti ini, akan menjelaskan kebenaran bagi mereka. Sehingga, mereka pun mengetahui kebenaran itu.



b.      Tafsir Al-Maraghi
Al-Maraghi menjelaskan kata darasta dengan makna yang umum, yaitu membaca berulang-ulang dan terus-menerus melakukannya sehingga sampai pada tujuan. Al-Khawrizmi, Ath-Thabari, dan Ash-Shuyuti mengartikan kalimat darasta dengan makna, “engkau membaca dan mempelajari”.
2.      Tafsir Surat Al-a’raf ayat 169
a.       Tafsir Al-Maraghi
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا الْكِتَابَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَذَا الأدْنَى وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ
Lahirlah dari Bani Israil yang terdiri dari orang shaleh dan durjana itu satu golongan generasi yang mewarisi Taurat. Yakni generasi yang mengetahui isi Taurat itu dan mengerti hukum-hukum yang ada di dalamnya, sesudah wafatnya generasi tua. Padahal mereka lebih mementingkan harta dan kemewahan duniawi, sekalipun harus dengan memakan barang haram, suap, menjual belikan agama dan berpilih kasih dalam memberi keputusan. Mereka mengatakan ,” Kami akan diampuni, Allah takkan menghukum kami atas perbuatan ini. Bukankah kita ini anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya, dan keturunan nabi-nabi-Nya. Juga umat yang dipilih-Nya dari sekalian umat manusia…,” semuanya berupa angan-angan dan khayalan yang menyesatkan. Sementara itu, mereka tetap tenggelam dalam dosa-dosa, mereka tak hendak meninggalkan dari perbatan-perbuatan mereka yang durjana.
Apabila datang kepada mereka harta lain yang mereka ambil dengan cara bathil terdahulu, mereka pasti mengambilnya pula tanpa banyak pertimbangan tentang batal haramnya. Padahal mereka tahu bahwa Allah menjanjikan ampunan hanyalah bagi mereka yang mau bertaubat, yaitu orang yang berhenti dari perbuatan dosa yang sudah-sudah dengan rasa menyesal dan takut kepada Tuhan, memperbaiki apa yang telah mereka rusak.
Sesudah itu, Allah pun kemudian memberikan jawaban kepada mereka atas persangkaan mereka yang mengatakan,” Kami akan diampuni,” sedang mereka tetap saja berbuat zalim dan kerusakan, bahkan lebih mencintai dunia.
Firmannya:
 أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لا يَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلا الْحَقَّ وَدَرَسُوا مَا فِيهِ
Dan allah sesungguhnya telah mengambil perjanjian dan sumpah dari mereka dalam kitab-Nya, supaya mereka tidak mengatakan atas nama Allah selain kebenaran yang Allah terangkan dalam kitab tersebut. Mereka telah dilarang mengubah kitab itu, dan mengganti hukum-hukum yang ada padanya untuk mendapatkan suap, padahal mereka benar-benar telah mempelajari kitab itu dan paham isinya. Jadi mereka tentu ingat akan pengharaman memakan harta orang secara batil dan berbuat dusta atas nama Allah, dan lain sebagainya yang telah diambil sumpahnya atas nama mereka selain Allah.
وَالدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلا تَعْقِلُونَ
Dan negeri akhirat dengan segala isinya yang merupakan kenikmatan bagi orang-orang yang menghindari kemaksiatan, baik yang nyata maupun yang tidak nyata adalah lebih baik daripada menerima harta benda dunia yang bakal sirna ini,yang  diambil denggan jalan menerima suap, barang haram dan lain-lain. Apakah kalian tidak mengerti dengan semua itu, padahal itu semua jelas, tidak samar bagi siapa pun  yang akalnya belum tertutup oleh keinginan-keinginan nafsu, yang hatinya belum buta oleh harta benda dunia yang bakal sirna, yang dengan demikian lebih mengutamakan kebaikan daripada keburukan, dan lebih menyukai kenikmatan yang kekal daripada harta yang segera sirna.
Itu semua merupakan isyarat, bahwa cinta kepada harta benda dunia itulah yang telah merusakkan mental Bani Israil, dan membuat mereka lebih menyukai kenikmatan duniawi, sehingga lenyaplah kesadaran mereka. Dan memutuskan suatu keputusan dengan selain hukum yang telah diturunkan Allah, seperti halnya kelakuan umat-umat lainnya. Mereka semua menjadi rusak sedikit demi sedikit, tidak sekaligus, sebagaimana kerusakan yang juga kita saksikan di kalangan umat sendiri.

3.      Tafsir Surat Al- Qalam ayat 37
Tafsir Ibnu Katsir
Apakah ditanganmu ada kitab yang diturunkan dari langit yang kamu pelajari dan kamu edarkan, diterima oleh orang-orang yang kemudian (khalaf) dari orang-orang yang terdahulu (salaf) dan mengandung hukum yang diteguhkan sebagaimana yang kamu sangkakan. Bahwa kamu boleh memilih apa yang kamu senangi, dan bahwa urusan itu diserahkan kepadamu, dan bukannya kepada selain kamu.

4.      Tafsir Surat Saba ayat 44
Tafsir ibnu katsir
وَمَا آتَيْنَاهُمْ مِنْ كُتُبٍ يَدْرُسُونَهَا وَمَا أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ قَبْلَكَ مِنْ نَذِيرٍ
Tidak ada kitab yang diturunkan oleh Allah kepada bangsa Arab sebelum al-Qur’an dan tidak ada seorang nabi pun yang diutus kepada mereka sebelum Muhammad saw. Dahulu mereka amat menginginkan hal tersebut dan mereka berkata: “seandainya datang kepada kami seorang pemberi peringatan atau diturunkan satu kitab kepada kami, niscaya kami menjadi orang yang lebih mendapatkan hidayah dibandingkan orang-orang selain kami.” Tetapi, tatkala Allah memberikan nikmat tersebut kepada mereka, mereka pun mendustakan, menentang dan mengingkarinya.

D.    Makna Tarbiyah
          Makna tarbiyah (nilai pendidikan) dari ayat-ayat yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut:
1.      Seorang guru itu adalah pembimbing anak muridnya agar tidak tersesat dalam kehidupannya.
2.      Belajar itu harus dilakukan secara berulang-ulang.
3.    Dalam melakukan proses pembelajaran harus mengacu pada buku (sumber belajar) Sumber belajar harus mendukung pada tujuan pembelajaran.
4.    Dalam proses pembelajaran harus ada tujuan belajar  yang ingin  dicapai.
5.      Dalam menyampaikan ilmu seorang guru haruslah berakhlak mulia, mengajarkan dengan kelembutan bukan dengan kekerasan, karena apabila mengajar dengan kekerasan, maka murid akan lari dan ilmu tidak tersampaikan.
6.      Seorang guru harus mengikhlaskan apa yang dikerjakannya itu hanya karena Allah, bukan semata-mata karena imbalan.
7.      Seorang guru pun harus berpenampilan rapi, bersih dan menarik.
8.      Seorang guru harus bertaqwa kepada Allah dan bersabar dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik.
9.     Seorang guru harus mengajarkan perkara yang mudah terlebih dahulu lalu      mengajarkan hal yang lebih rumit dari yang sebelumnya, agar murid mengerti apa yang diajarkan.
10.    Guru harus memberi kebebasan dan dukungan kepada siswa, jangan terlalu memaksakan sesuatu kepada siswa  tetapi cari strategi lain untuk menyampaikannya.




E.  Analisis Tarbiyah
Tadris merupakan masdar yang asal katanya dari دَرَسَ-يَدرُسُ-دَرسًا  yang berarti pengajaran atau pembelajaran. Dalam Kamus Bahasa Indonesia pengajaran berarti proses, cara, perbuatan mengajar. Dalam pengajaran adanya interaksi antara yang mengajar ( mudaris) dan yang belajar (mutadaris).
Belajar menurut pendapat Para Ahli:
1.      Gagne berpendapat bahwa belajar adalah kegiatan yang kompleks. Jadi hasil belajar berupa kapabilitas sehingga setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan iinformasi, menjadi kapabilitas baru.
2.      Piaget berpendapat bahwa belajar adalah sesuatu pengetahuan yang di bentuk oleh individu itu sendiri akibat dari interaksi terus – menerus dengan lingkungan masyarakat.
3.      Roger berpandangan bahwa belajar di dunia pendidikan masih menitik beratkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar , hal ini di tandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran saja.
Karakteristik Belajar :
1.      Perubahan tingkah laku yang terjadi harus bertujuan ( intensional )  disengaja disadari dan tidak terjadi secara kebetulan
2.      Perubahan tingkah laku itu bersifat positip ,perubahan menjadi lebih baik sesuai dengan yang dikehendaki
3.      Perubahan tingkah laku itu harus benar-benar hasil pengalaman yaitu hasil interaksi individu dengan lingkungan
4.       Perubahan tingkah laku ( belajar ) harus bersifat efektif

Belajar sebagai proses terpadu
1.       Belajar dapat berfungsi secara penuh untuk membantu perkembangan individu Seutuhnya
2.      Belajar sebagai proses pemerolehan pengalaman menempatkan individu sebagai pusat segala-galanya
3.      Belajar menuntut terciptanya suatu aktifitas yang memungkinkan adanya lebih banyak melibatkan siswa secara aktif dan intensif
4.       Belajar menempatkan individu pada posisi yang terhormat dalam suasana kebersamaan di dalam penyelesaian persoalan yang dihadapi
5.      Belajar mendorong setiap individu /siswa untuk terus menerus belajar
6.      Belajar harus dapat memberikan kemungkinan seluas-luasnya untuk memilih tugasnya sendiri dan bekerja berdasarkan standarnya sendiri
7.      Belajar itu dapat berfungsi dan berperan secara efektif bila dapat diciptakan lingkungan belajar secara total yang tidak hanya memberikan dukungan fasilitas terhadap peningkatan pertumbuhan dan pengembangan salah satu aspek saja melainkan semua aspek
8.      Belajar memungkinkan pembelajaran bidang studi tidak harus dilakukan secara terpisah, melainkan dilaksanakan secara terpadu
9.      Belajar memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan keluarga
Tujuan pembelajaran adalah hal yang sangat penting dalam belajar. Tujuan pada umumnya mengarahkan seseorang yang sedang belajar ke arah kegiatan tertentu. Ada empat alasan mengapa tujuan belajar ini perlu dirumuskan oleh pembelajar:
1.      Agar ia mempunyai target tertentu setelah mempelajari sesuatu
2.      Agar ia mempunyai arah dalam berkreativitas belajar.
3.      Agar ia dapat menilai ketercapaian target belajar
4.      Agar tidak menyita waktu dan tenaga dalam kegiatan belajar.  
F.   Kesimpulan
Tadris merupakan masdar yang asal katanya dari دَرَسَ-يَدرُسُ-دَرسًا  yang berarti pengajaran atau pembelajaran. Dalam Kamus Bahasa Indonesia pengajaran berarti proses, cara, perbuatan mengajar. Dalam pengajaran adanya interaksi antara yang mengajar ( mudaris) dan yang belajar (mutadaris).
At-tadris adalah upaya menyiapkan murid ( mutadarris ) agar dapat membaca, mempelajari dan mengkaji sendiri, yang dilakukan dengan cara mudarris membacakan, menyebutkan berulang-ulang dan bergiliran, menjelaskan, mengungkap dan mendiskusikan makna yang terkandung di dalamnya sehingga mutadarris mengetahui, mengingat, memahami, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan mencari ridla Allah (definisi secara luas dan formal). At-Tadris dalam Hadits: Al-Juzairi memaknai tadarrusu dengan membaca dan menjamin agar tidak lupa, berlatih dan menjamin sesuatu.
Dalam proses tadris harus mengacu pada buku sumber dan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Seorang guru itu adalah pembimbing anak muridnya agar tidak tersesat dalam kehidupannya. Dalam hal belajar siswa harus diajak berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar mengajar. Siswa diajak berfikir untuk menganalisis dan mengevaluasi, sehingga secara tidak langsung memberi peluang siswa untuk belajar kreatif, mengevaluasi diri dan belajar mengkritik dirinya sendiri, hal ini menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh dalam belajar.

Daftar Isi
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya. Jakarta: PT Syamil Cipta Media, 2005.
Rosidin, Dedeng.  Akar-akar Pendidikan. Bandung: Pustaka Umat 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan tulis komentar anda yang bisa membangun bagi blog ini oke!!!